Kamis, 21 Juni 2012

Perkerjaan di Dalam Masyarakat Untuk Anak Tunagrahita Kategori Ringan



PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Tunagrahita adalah individu yang mengalami hambatan dalam perkembangan dalam kecerdasannya, sehingga tidak mencapai perkembangan yang sesuai dengan individu yang lainnya. Tunagrahita sendiri dibagi menjadi tiga kategori yaitu, tunagrahita kategori ringan, sedang dan berat. Anak tunagrahita ringan memiliki kemampuan untuk mempelajari sebuah ketrampilan, yang dapat digunakan sebagai bekal  untukmmemasuki dunia kerja. Pekerjaan yang sesuai untukanak tunagrhita ini ialah pekerjaan pada tingkat prevocational. Sampai saat ini masih menjadi permasalahan bagaimana anak tunagrahita dapat memperoleh pekerjaan atau dapat hidup dengan tidak bergantung dengan orang lain.

Pekerjaan ini menjadi penting bagi anak tunagrahita ketika harus kembali kedalam masyarakat agar anak dapat hidup dengan mandiri. Permasalahan yang terjadi mestinya harus dapat diatasi agar anak tidak lagi terdiskriminasikan dalam bidang pekerjaan yang mestinya mampu untuk dilakukannya. Astati (1996: 132) meyatakan, “Salah satu cara agar anak tunagrahita dewasa dapat menempati salah satu lapangan pekerjaan yaitu dengan memilah-milah bidang pekerjaan yang ada didalam masyarakat dan anak tunagrahita diberi pilihan itu sesuai kemampuannya”. Dengan demikian seharusnya anak tunagrahita dapat bekerja dengan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minat anak.

B.  Rumusan Masalah
  1. Pengertian anak Tunagrahita kategori ringan!
  2. Bagaimana karakteristik anak tunagrahita kategori ringan dalam ketrampilan?
  3. Pekerjaan apa yang sesuai untuk tunagrahita kategori ringan?
  4. Apa hal yang perlu disiapkan sebelum masuk ke dunia kerja?
  5. Hambatan apa saja yang dihadapi anak dalam dunia kerja?
  6. Usaha apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan yang terjadi?


C.  Tujuan
1.      Mengetahui pengertian anak tunagrahita kategori ringan
2.      Mengetahui karakteristik anak tunagrahita kategori ringan dalam ketrampilan?
3.      Mengetahui pekerjaan yang sesuai untuk anak tunagrahita kategori ringan
4.      Untuk mengetahui persiapan yang perlu dilakukan sebelum memasuki dunia kerja
5.      Mengetahui hambatan dalam pekerjaan serta mengetahui penanganan yang dapat dilakukan.

 
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Anak Tunagrahita Kategori Ringan
Anak tunagrahita merupakan istilah untuk menyebut anak-anak dengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Menurut Somantri, “anak tunagrahita atau terbelakang mental merupakan kondisi dimana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan, sehingga tidak mencapai perkembangan yang optimal”. Anak tunagrahita ini kemampuan berfikirnya tidak mampu berkembang selakyaknya orang normal, sehingga anak ini seringkali mengalami kesulitan dalam penyesuaiannya dalam lingkungan. Secara umum anak tunagrahita dibagi menjadi tiga kategori, yaitu : tunagrahita kategori ringan, sedang dan berat.
Anak tunagrahita ringan adalah anak yang mempunyai intelegensi (IQ) diantara 50-70, sedangkan kemampuan maksimalnya dalam berfikir setara dengan anak normal pada usia 9-13 tahun. Anak tunagrahita kategori ringan ini mampu untuk menempuh pendidikan umum pada tingkat sekolah dasar. Namun, dalam pengembangan anak tunagrahita kategori ringan ini lebih menekankan pada kemampuan ketrampilan yang akan menjadi bekal dalam anak melanjutkan kehidupan secara mandiri di kemudian hari.

B.  Karakteristik Anak Tunagrahita Kategori Ringan Dalam Ketrampilan
Secara umum pada anak tunagrahita ringan dapat diajarkan tentang ketrampilan, tapi dalam pembelajaran ini anak biasannya tidak langsung dapat menguasai pembuatan kerajinan yang utuh karena anak biasannya hanya bisa mempelajari satu keahlian yang diajarkannya. Namun, untuk mengerjakan satu kerajinan hingga selesai dapat dikerjakan oleh beberapa anak tunagrahita yang sudah dapat menguasai ketrampilan tersebut. Anak tunagrahita umumnya juga mengalami kesulitan dalam mentransfer ketrampilan baru yang didapatkannya. Menurut Hosni (Dikti PLB),
secara garis besar kebutuhan pembelajaran anak tunagrahita termasuk di dalamnya anak tunagrahita  ringan, sebagai berikut: a. Dalam belajar keterampilan membaca, keterampilan motorik, keterampilan lainnya adalah sama seperti anak normal pada umumnya; b. Perbedaan Tunagrahita dalam mempelajari keterampilan terletak pada karakteristik belajarnya; c. Perbedaan Karakteristik belajar anak tunagrahita terdapat pada tiga daerah yaitu: 1)  Tingkat kemahirannya dalam keterampilan tersebut, 2)  Generalisasi dan tranfer keterampilan yang baru diperoleh, 3)  Perhatiannya terhadap tugas yang di embannya.
       Dari keterangan tersebut maka dapat disimpulakan bahwa anak tunagrahita pada kategori ringan dapat diajarkan pada suatu jenis ketrampilan, meski kemahirannya masih belum bisa disetarakan dengan anak normal lainnya. Anak juga sering mengalami kesulitan dalam mentransfer hal baru yang telah didapatnya dan juga perhatian terhadap tugas yang kadang sering tidak focus. Maka dari itu untuk mengatasi masalah tersebut sebelum anak memasuki dunia kerja sangatlah penting. Tugas sekolah untuk mengajarkan suatu ketrampilan dan memfokuskan anak pada bidang tersebut, sehingga ketika anak sudah kembali kedalam masyarakat, ia dapat bekerja dengan kemampuan yang telah diperolehnya di sekolahan.
C.  Pekerjaan yang Sesuai Untuk Tunagrahita Kategori Ringan
Pada anak tunagrahita kategori ringan sesungguhnya tidak ada masalah untuk bekerja didalam masyarakat, karena mereka masih bisa bekerja dan hanya memiliki sedikit perbedaan kemahiran di dalam ketrampilan. Adapun pekerjaan yang sesuai dengan anak tunagrahita kategori ringan meliputi pekerjaan prevokasional yang dapat dilakukan dengan sederhana oleh anak tunagrahita. Banyak pekerjaan yang terdapat didalam masyarakat yang mampu dilakukan oleh anak-anak tunagrahita ini, misalnya ialah pekerjaan yang sederhana seperti pekerjaan  cetak sablon, pekerjaan mengepak barang, bekerja di konfeksi, membuat alat-alat permainan, pertanian sederhana, peternakan, dan lain-lain. Bagi penyandang tunagrahita wanita dapat berupa tata busana (menjahit ); menjahit bentuk-bentuk pola yang sederhana seperti : sarung bantal, celemek, tas, tempat tissu, penutup dispenser dan penutup kulkas. Tidak hanya dalam ketrampilan kerajinan, anak tunagrahitapun dapat dipekerjakan dalam bidang pengolahan makanan, yang diolah dengan sederhana.


Dengan anak tunagrahita bisa bekerja di masyarakat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja, sehingga mereka dapat hidup mandiri. Namun, keamanan pekerjaan anak juga harus diperhatikan sehingga anak tidak dibahayakan dengan pekerjaan yang dilakukannya. Adalah tanggung jawab pengelola usaha untuk menjamin keamanan anak, dan selalu mengawasi dalam pekerjaan anak agar anak bisa tetap terjaga meski mereka bekerja dengan benda-benda yang dapat melukainya.

D.  Persiapan Sebelum Memasuki Dunia Kerja
Sebelum anak tunagrahita terjun dalam dunia kerja, tentu harus ada persiapan-persiapan yang harus anak tunagrahita lakukan. Persiapan ini bertujuan agar anak dapat bekerja dengan baik dan tidak merasa asing atau kesulitan saat ia benar-benar memasuki dunia kerja. Hal yang perlu disiapkan pada anak sebelum bekerja adalah hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan dan cara mereka bekerja. Masa ini seringkali disebut sebagai masa orientasi. Persiapan dalam masa orintasi ini diungkapkan pula oleh Astati (1996: 132) yang menyatakan:
Hal yang perlu dilakukan pada masa orientasi adalah: mengenai tata cara, sopan santun dalam pekerjaan; Mengenai penampilan ( kesan yang menyenangkan, kerapihan berpakaian, dan lain-lain); Ketepatan waktu; Menjaga  kesehatan;  menunjukkan  tanggung  jawab atas  tugas  yang
diberikan; menjaga keselamatan diri sendiri maupun orang lain.
Jadi, anak tunagrahita ini juga harus dibekali secara penuh tentang cara mereka bekerja. Anak harus diajarkan bagaimana sopan santun saat mereka menyapa ataupun bertanya, penampilan mereka juga harus diperhatikan, sehingga mereka dapat berpakaian yang sesuai saat bekerja. Fungsi dari anak diajarkan tepat waktu saat bekerja, ialah anak akan terbiasa bekerja dengan tepat waktu, yaitu mereka tahu tentang jadwal dalam pekerjaan. Menjaga kesehatan ini sangat penting tidak hanya untuk modal bekerja, tetapi juga untuk kehidupan anak agar tidak sakit. Pengajaran tanggung jawab ini bertujuan agar anak dapat menyadari dan menghargai kepercayaan yang telah didapatkannya, sehingga anak tidak meninggalkan pekerjaannya.menjaga keselamatan diri ini sangat penting bagi anak, agar anak terhindar dari bahaya dan tidak membahayakan rekan kerjanya yang lain, sehingga anak dan rekan dapat bekerja dengan aman.

E.  Hambatan yang Dihadapi Anak Tunagrahita
Tentu terdapat berbagai permasalahan yang akan dihadapi oleh anak ketika memasuki dunia kerja. Permasalahan itu dapat berasal dari diri anak ataupun dari luar diri anak. Dalam diri anak permasalahan itu hadir ketika anak belum dapat melakukan ketrampilan atau pekerjaan tersebutdengan baik, ataupun konsentrasi anak yang kurang dapat bertahan dengan lama. Faktor penghambat yang muncul dari luar meliputi belum banyakknya pengusaha atau perusahaan yang dapat menerima pekerja dari anak tunagrahita, sehingga sulitnya anak untuk mencari pekerjaan.
Secara rinci hambatan yang dialami anak tunagrahita ini diungkapkan oleh Astati (1996: 134) yang menyatakan:
Beberapa hambatan yang sering muncul adalah: a. hambatan yang terletak dalam diri penyandang tunagrahita antara lain: (1) Mereka tidak dapat bekerja cepat,  (2) kurang mampu bekerja dalam waktu lama, (3) kurang kemampuan untuk menyesuaikan diri; b. hambatan yang berasal dari luar antara lain : (1) masih kurangnya pengertian masyarakat mengenai keadaan penyandang tunagrahita dewasa sehingga masyarakat tidak membukakan pintu bagi mereka untuk bekerja, (2) belum tersedianya fasilitas untuk melatih penyandang tunagrahita dewasa sebagai persiapan
untuk memasuki dunia kerja.
Permasalahan ini semestinya harus disikapi oleh beberapa pihak, agar anak tunagrahita juga dapat bekerja dalam masyarakat, tanpa adanya diskriminasi dalam bidang pekerjaan yang dapat dilakukannya. Hambatan ini tidak hanya merugikan bagi kehidupan anak tunagrahita yang ingin bekerja. Namun, juga akan menjadi permasalahan bagi anaktunagrahita saat mereka akan kembali di dalam masyarakat.

F.     Usaha Untuk Mengatasi Hambatan
Hambatan yang dialami anak tunagrahita tersebut, yang berasal dari dalam diri anak harusnya bisa diantisipasi sebelumnya oleh pihak penyelenggara pendidikan yang melatih anak tunagrahita ini. Karena karakteristik tersebut biasanya telah nampak pada anak, saat dia melakukan pembelajaran, sehingga pembiasaan tersebut dapat dilakukan saat mereka masih dalam proses pembelajaran. Adapun penanganan masalah yang timbul dari lingkungan masyarakat, hendaknya ada sosialisasi yang dilakukan terhadap masyarakat bahwa anak dengan berkebutuhan khusus juga dapat bekerja selayaknya orang-orang normal. Peraturan  yang mengatur tentang suatu perusahaan harus mempunyai kariawan yang berkebutuhan khusus pun dirasa kurang efektif, karena masih adanya pemilik perusahaan yang meragukan kemampuan anak berkebutuhan khusus ini.   
Beberapa usaha untuk mengatasi hambatan tersebut adalah dengan meningkatkan kemampuan anak didalam pekerjaannya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan penyelenggaraan latihan kerja sebagai jembatan untuk memasukki dunia kerja yang dilakukan secara terpadu, baik penyelenggaraannya dilakukan oleh pihak pemerintah ataupun swasta. Masyarakat dan keluargapun dihimbau untuk dapat mengambil bagian dan peran aktif dalam latihan kerja, sehingga masyarakat mengerti tentang kemampuan anak dan hal ini menjadi kewajiban dari masyarakat untuk membantu mereka. Dengan begitu masyarakat dapat menerima mereka dengan baikdan mengerti tentang hal yang dibutuhkan oleh anak tunagrahita ini dalam bekerja.



 

PENUTUP
Kesimpulan
  •   Anak tunagrahita kategori ringan ialah anak yang memiliki hambatan dalam perkembangan kecerdasannya, sehingga memiliki intelegensi antara 50-70.
  • Pada anak tunagrahita pada kategori ringan dapat diajarkan pada suatu jenis ketrampilan, meski kemahirannya masih belum bisa disetarakan dengan anak normal lainnya. Namun, umumnya anak  juga mengalami kesulitan dalam mentransfer ketrampilan baru yang didapatkannya.
  • Pekerjaan yang sesuai ialah pekerjaan pada tingkat yang sederhana, dan dengan resiko kecelakaan kerja yang rendah.
  • Hal yang perlu disiapkan pada anak sebelum bekerja adalah hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan dan cara mereka bekerja, sehingga anak sudah terbiasa saat memasuki dunia kerja.
  • Permasalahan yang timbul pada saat anak tunagrahita bekerja dapat terjadi karena faktor dari dalam diri anak, ataupun dari luar diri anak.
  • Usaha dalam mengatasi permasalahan yang terjadi dari diri anak ialah,dengan melakukan pembiasaan pada anak, sedangkan yang berasal dari luar atau masyarakat dapat dilakukan dengan cara sosialisasi terhadap masyarakat, atau penyediaan lapangan kerja bagi anak tunagrahita.


    DAFTAR PUSTAKA

    Astati. 1996. Pendidikan dan Pembinaan Karier Penyandang Tunagrahita Dewasa. Bandung: Depdikbud Dikti.

    Mumpuniarti. 2007. Pembelajaran Bagi Anak Hambatan Mental. Yogyakarta: Kanwa publisher.

    Syafi, Ahmad. 2012. Pengertian Anak Tunagrahita. Diunduh dari:
    http://id.shvoong.com/social-sciences. Diakses pada tanggal 03 Juni 2012 pukul 08.00 WIB.

    Anita, Ninit Yuli.2009. Anak Tunagrahita. Diunduh dari: https://sites.google.com. Diakses pada tanggal 03 Juni 2012 pukul 08.00 WIB.

    Saputri, Neli Florentine. 2012. Pembelajaran Ketrampilan Pada Anak Tuna Grahita Ringan. Diunduh dari: http://blog.elearning.unesa.ac.id/. Diakses pada tanggal 03 Juni 2012 pukul 08.00 WIB.

    SLB Mentari Kita. 2011. Kebutuhan Belajar Anak Tunagrahita Ringan. Diunduh dari: http://slbmentarikita.blogspot.com. Diakses pada tanggal 03 Juni 2012 pukul 08.00 WIB

     

1 komentar:

  1. Bandar Togel indonesia

    Ayo segera
    Agen TOGEL 4DPOIN,Online Terpercaya.
    Minimal Deposit Dan Withdraw 20.000
    Keterangan Lebih Lanjut, Anda Bisa Hubungi Disini.
    ★ Pin BBM : D1A279B6
    ★Pin BBM : 7B83E334
    ★Whatsapp : +85598291698
    ★Skype : Poin.4D
    ★Line : +85598291698

    BalasHapus